SULTENGTOLITOLI

Atasi Banjir, Normalisasi Sungai Tuweley akan Dilakukan

Dilihat
FOTO: DOKUMENTASI PRIBADI UNTUK RADAR SULTENG
RAWAN BANJIR : Inilah sungai Tuweley yang melintasi ratusan rumah warga di Kecamatan Baolan.

TOLITOLI—Janji Pemprov Sulteng, untuk mengatasi banjir di Kabupaten Tolitoli, segera dibuktikan. Sungai Tuweley, salah satunya yang bakal “dikeroyoki” instansi terkait, tahun ini.

Kasi Perencanaan Sungai, Pantai, Danau dan Air Baku pada Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulteng, Ir Awaluddin ST MSi menegaskan hal itu di sela pertemuan konsultasi dengan masyarakat terkait rencana normalisasi sungai Tuweley, belum lama ini.

Untuk diketahui, rencana normalisasi kali ini meliputi kegiatan pembangunan tanggul dan normalisasi pada sungai yang kerap menjadi “pelanggan” tetap, ketika musim hujan tiba.

Bahkan, di medio 2017 lalu adalah banjir terparah yang menyebabkan puluhan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal, dan ratusan rumah maupun gedung perkantoran terendam banjir di beberapa titik di Kecamatan Baolan, ibukota kabupaten.

“Normalisasi sungai Tuweley ini akan dikerjakan beberapa instansi terkait, tidak kami sendiri. Dan untuk pembebasan lahannya pemprov menyerahkan sepenuhnya kepada Pemkab Tolitoli, dan untuk sementara ini Dinas Cipta Karya melaksanakan survei lapangan,” urai Awaluddin yang menambahkan, dalam kegiatan normalisasi pemprov juga menggandeng kerja sama dengan PT Abad 21 sebagai konsultan teknis.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Bupati Tolitoli H Abdul Rahman H Budding menyampaikan, persoalan banjir di Kota Cengkeh, hingga kini masih menjadi persoalan yang cukup pelik. Namun, ia berharap dengan upaya normalisasi, ancaman banjir yang bisa datang kapan saja, setidaknya bisa diminimalisir dan tidak sampai menyebabkan kerugian materiil yang begitu besar, apalagi korban jiwa.

Menurutnya, permasalahan utama sumber daya air di daerah perkotaan saat ini adalah adanya konflik kepentingan antara ekosistem sungai dan pemukiman penduduk yang kepadatannya terus meningkat setiap tahun .

Ekosistem sungai terus terdesak oleh kepadatan penduduk dan menyebabkan berkurangnya penampang sungai, sehingga kapasitas daya tampung debit aliran sungai berkurang, dan berpotensi terjadinnya banjir bisa terjadi saat musim hujan tiba.

Lanjut wabup, pembangunan tanggul dan normalisasi sungai Tuweley sangat dibutuhkan. Namun hal ini juga tidaklah mudah, karena harus mendapat kesepakatan bersama dan dukungan dari masyarakat khususnya mereka yang terkena dampak banjir berupa bangunan, atau aset lahan usaha dan lain-lain.

“Pemerintah daerah berharap, dukungan dan paritisipasi masyarakat yang terdampak banjir, atau yang tinggal di sepanjang bantaran sungai Tuweley, agar persoalan banjir bisa ditangani secara maksimal,” harap wabup.

Sosialisasi, dihadiri masyarakat dari tiga kelurahan, yakni dari Kelurahan Panasakan, Kelurahan Baru, dan Tuweley.

Aspirasi masyarakat terdengar pro dan kontra. Namun demikian, muaranya adalah, masyarakat berharap banjir bandang tidak lagi terulang, dan mereka bisa tidur nyenyak, tidak khawatir tersapu derasnya air, serta bisa melakukan aktivitas seperti biasa di sepanjang bantaran sungai.

Seperti pernah diberitakan Radar Sulteng, masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai pernah mengadu ke DPRD. Mereka cemas, banjir datang lagi, apalagi cuaca belakangan sering terjadi hujan deras. Banjir setinggi lutut orang dewasa belum lama terjadi.

Jasmin, Korlap Aliansi Masyarakat Peduli Kabupaten Tolitoli menyatakan, warga korban banjir bandang, khususnya mereka yang bermukim di Jln Anoa, Kelurahan Tuweley, masih merasakan trauma atas musibah yang pernah memporak-porandakan rumah mereka, Juni 2017.

“Kami nak berharap, program pemerintah ini benar-benar efektif, tidak ada lagi banjir. Tolong proyek ini dikerjakan sampai tuntas,” tutur Dg Siole-tokoh masyarakat setempat.(dni)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.