SULTENGTOLITOLI

Angkut Korban Laka, Eh… Ditolak Puskesmas, Tegar saat Demo Berbahasa “Binatang”

Dilihat

Polres Tolitoli, Melukis Wajah Polri yang Humanis

Aksi demo dan korban kecelakaan lalulintas yang ditangani Polres Tolitoli.

Paradigma Polisi kejam, no kompromi, pelit senyum, dan beberapa celoteh miring, terkikis habis oleh polesan wajah baru Korps Bhayangkara, kekinian. Wabilkhusus Polres Tolitoli di bawah komando AKBP Ridwan Raja Dewa SIK MH.
Seperti apa wajahnya ?

RUSTAM HAMDANI, Radar Sulteng 

GANTENG, “wajah lumayan dapat poin enam”–begitu kata Iwan Fals dalam bait syair lagunya berjudul “Aku Sayang Kamu”.
Itu nilai wajah secara fisik, bagi warga Tolitoli ada nilai yang lebih tinggi, nilai kemanusiaan dan pantas disematkan kepada Polres Tolitoli, public serve nilainya juga 10, layaklah.
“Sehat selalu pak Kapolres, terimakasih pak Kapolres, trims Satlantas, bravo Polres Tolitoli”, begitu di antara bunyi pujian warganet. Ada ratusan pujian lain ditujukan kepada Kapolres dan jajaran, terlalu panjang untuk ditulis semua.
Pujian itu disampaikan warga Kota Cengkeh di media facebook, whatsapp, dan medos lain sejurus aksi heroik Kapolres AKBP Ridwan Raja Dewa yang telah menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas di Kelurahan Nalu, Kecamatan Baolan, Kamis (25/8/2022) siang.
Siang itu, sekira pukul 01.00 Wita, Kapolres bersama ajudan meluncur menggunakan mobil dinas, hendak melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) Tambun. Di tengah perjalanan, terjadilah kecelakaan yang melibatkan dua pengendara di Jl. Sona, Nopi.
Sontak, Kapolres meminta ajudan menghentikan laju mobil, putar arah dan turun. Kapolres dibantu anggota Satlantas bergegas menghampiri korban yakni seorang remaja putri bernama Nurifani Uluma Pratiwi (14).
Gadis mungil itu kemudian digendong, diangkut menggunakan mobil dinas menuju ke puskesmas terdekat. “Tapi, di puskesmas kami ditolak dengan alasan sudah tutup, ya saya agak kesal juga jadinya, ini nyawa pak, nyawa, harusnya diselamatkan dulu,” tutur Kapolres prihatin melihat pelayanan di puskesmas.
Tak ada layanan darurat di puskesmas, Kapolres bergegas membawa Nurifani ke Rumah Sakit Umum Daerah Mokopido Tolitoli.
“Di rumah sakit saya baru merasa lega, langsung ditangani serius tim medis, kemudian kami mencari informasi alamat orangtuanya, dan tak lama keluarga korban berdatangan,” kenang Kapolres,
Aksi Kapolres ternyata tidak hanya disaksikan warga di sekitar lokasi kecelakaan. Salah seorang warga diam-diam merekam aksi heroik tersebut, durasinya 21 detik, namun cepat tersebar di medsos. Alhasil, semua warganet menyambut dengan apresiasi serta tanggapan positif.
“Kami orangtua Nurifani sangat berterimakasih tak terhingga kepada Kapolres dan anggota yang mau mengevakuasi anak kami, sehat selalu ya Pak Kapolres, jasa baik bapak tidak akan kami lupakan, Semoga Allah SWT meridhoi dan membalas kebaikan pak Polisi di Tolitoli,” ucap Andi Nurfadilah, ibu korban di medsos.
Itu baru satu kisah, sebenarnya masih banyak kisah lain yang berkaitan dengan pelayanan dan kinerja Polres Tolitoli yang patut diacungkan 2 jempol, bila perlu ditambah 2 jempol kaki. Namun karena kurang sopan dengan kaki, jadi cukup 2 jempol tangan saja.
Wajah humanis Polri benar adanya. Saya sendiri (penulis, Red) jadi saksinya.
Pagi itu, Kamis 29/09/2022) tepat pukul 09.30 Wita, di depan Mako Polres Tolitoli Jl. Magamu, jelas terdengar deru debu suara knalpot puluhan roda dua meranyau. Sejumlah pegawai di Dinas Pendidikan, Badan Pusat Statistik dan Samsat Tolitoli berhamburan keluar, ingin tahu, sekalian saja nonton konvoi kendaraan mahasiswa yang pagi itu hendak berunjuk rasa damai.
Unjuk rasa jilid dua ini, merupakan lanjutan dari aksi yang sama di depan gedung Kejaksaan Negeri (Kejari) Tolitoli, Selasa (27/9).
Namun sayang, aksi tersebut tidak sampai klimaks, malah ricuh. Mahasiswa menuding, bendera organisasi mereka direbut, disobek petugas kepolisian.
Dua hari kemudian, 29 September, kumpulan mahasiswa ini kembali berunjuk rasa di depan Mako Polres. Mereka minta Kapolres Tolitoli minta maaf atas kejadian penyobekan bendera organisasi mereka di depan gedung Kejari.
Di sinilah, Kapolres kembali memoles wajah Humanis Polri. Bukti dokumen lengkap, video dan foto divisi Intelijen, ditambah dokumen kawan jurnalis menunjukkan upaya proteksi polisi.
Dalam bukti video terlihat jelas, bambu runcing bendera yang seharusnya berada di tengah mahasiswa atau di belakang malah terhunus ke depan, melewati antara pagar betis pengamanan.
“Oh bambu itu nyaris kena anggota saya, kok ini yang dikatakan kami tidak menghargai, kami amankan karena bambu runcing itu mengancam keselamatan anggota dan adik mahasiswa juga, kami amankan, bendera dilipat kami kembalikan baik-baik, bukti kami lengkap, bahkan ada angota kami Polwan kena siram bensin, tapi kami tetap tenang,” bela Kapolres.
Bertekad menjaga kondusifitas daerah, Kapolres mengalah dan meng-iyakan tuntutan mahasiswa, datang ke sekretariat organisasi dimaksud, lalu berjiwa besar untuk menyampaikan ucapan maaf.
“Saya datang, saya sampaikan maaf, tapi semua itu semata-mata demi kondusifitas negara dan daerah, selain itu tidak. Kami sudah bekerja sesuai protap, kami sayang adik mahasiswa, itu saja, ini bagian dari cara kami mengedukasi generasi muda agar tidak kebabalasan,” tegas perwira kelahiran Kota Palu ini.
Untuk diketahui, unjuk rasa damai di depan Mako Polres dimulai dengan pembakaran ban mobil, kemudian salah seorang mahasiswa berorasi lantang, bahkan saking lantangnya muncul bahasa “binatang”.
Beberapa kali disebutkan “binatang”, Kapolres meminta jajarannya tetap tenang, tidak terpancing apalagi bereaksi, tetap senyum walaupun tidak asik di telinga.
“Ih kenapa lagi ada bahasa binatang, yang santunlah menyampaikan orasi,” sindir salah seorang ASN di atas motornya.
“Polisi harus berjiwa besar, polisi pengayom masyarakat, biarkan saja, walaupun kita bisa membalas, di situlah kemenangan sebenarnya,” tulis Kapolres saat dikonfirmasi via whatsapp.
Wajah Polri, polesan Polres Tolitoli itu apa adanya, setidaknya ikut menggambarkan dari sekian banyak polesan dari Sabang sampai Merauke. Rakyat Indonesia patut bangga, punya pengayom bersahaja, mau berpeluh dan berdarah-darah, menangis di balik seragam, berjuang di tengah cacian, masih banyak polisi baik, polisi murah senyum. Salam Presisi. “Bravo Polri”. (*/Hamdani)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.