BENCANA

Aliran Bantuan ASN Kemenag RI Rp 10 Miliar Dipertanyakan

Dilihat
FOTO: MUCHSIN SIRADJUDIN
Kiflin Pajala

PALU-Dana bantuan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama (Kemenag) se Indonesia sebesar Rp 10 miliar, yang disumbangkan untuk ASN Kemenag Sulteng kini menuai protes. Beberapa ASN Kemenag Sulteng telah memaparkannya kepada Radar Sulteng, Selasa (12/12). Bahwa sebagian besar ASN Kemenag Sulteng khususnya yang berada di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala (Pasigala) belum menerima bantuan.

Ketua Tim Tanggap Darurat Kemenag Sulteng, Dr Kiflin Pajala, menjadi sasaran pertanyaan dan protes keras dari para ASN tersebut. Tim Tanggap Darurat Kemenag Sulteng, dianggap tidak transparan dalam memberikan dan menyalurkan bantuan Rp 10 miliar itu. Kemudian, tim Tanggap Darurat tidak membuat listing nama-nama penerima bantuan.

Menurut para ASN ini, jumlah ASN di Pasigala itu kurang lebih 1.000 orang. Selanjutnya disebutkan, ada ASN Kemenag yang meninggal dunia tetapi belum menerima bantuan. Disebutkan pula, saat terjadinya gempa tim darurat justeru tidak berada di Palu tetapi saat itu ada di Bengkulu. Demikian pula yang ditanyakan soal ASN Kemenag yang rumahnya rusak berat dan rata dengan tanah belum menerima bantuan, dan honorer Kemenag Sulteng hanya menerima Rp 500 ribu.

Dikonfirmasi Ketua Tim Tanggap Darurat Kemenag Sulteng, Dr Kiflin Pajala, terkait bantuan dari ASN Kemenag se Indonesia yang dikoordinir oleh Kemenag pusat. Tim Tanggap Darurat Kemenag pusat meminta kepada Kemenag Sulteng untuk membentuk juga Tim Tanggap Darurat Kemenag Sulteng yang akan membantu menyalurkan bantuan dari ASN se Indonesia kepada ASN Kemenag Sulteng.

“Tugas tim Tanggap Darurat Kemenag Sulteng bertugas untuk membantu Kemenag pusat dalam rangka membantu informasi data-data ASN Kemenag Sulteng yang tertimpa bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi,” kata Kiflin Pajala, kepada Radar Sulteng, Selasa (11/12).

Data-data itu, kata Kiflin, antara lain berapa jumlah ASN Kemenag yang ada, berapa yang meninggal dunia, berapa infrastruktur yang rusak di daerah (KUA, madrasah, rumah ibadah), keadaan siswa bagaimana. Itulah yang difasilitasi, mengumpul data.

“Ternyata data ini tidak semudah yang dibayangkan. Data yang dikumpulkan antara Lombok dan di kita (di Palu, Sigi Donggala, dan Parigi Moutong, red) itu berbeda. Kita ini sudah tsunami, likuifaksi, dan gempa bumi. Sehingga kita ini ketika dibutuhkan data-data itu sangat ribet, dan tidak mudah dibayangkan susahnya, “ paparnya.

Oleh karena itu, setelah pihaknya memasukan data-data ternyata Kemenag pusat memberikan bantuan seperti halnya di Lombok. Bantuannya berasal dari para ASN se Indonesia. “Terkait dengan itu saat bapak Menteri Agama berkunjung ke Sulawesi Tengah membawa bantuan bersama pejabat-pejabat dari pusat. Bantuan itu nilainya kurang lebih 10 miliar. Dana itu untuk dua lembaga, yaitu untuk Kanwil Kemenag Sulteng dan IAIN Palu. Jadi jangan dikira dana 10 miliar itu semuanya masuk ke Kanwil, “ jelasnya.

Bantuan untuk Kanwil, menurut Kiflin, bukan mau pihak Kanwil, itu berdasarkan petunjuk Kemenag pusat. Yang dibantu itu adalah rumah ibadah, madrasah, pondok pesantren, dan beberapa ASN yang meninggal dunia diberikan santunan. Kemudian siswa yang meninggal diberikan bantuan.

“ASN meninggal diberi bantuan oleh pusat Rp 5 juta, siswa yang meninggal Rp 2,5 juta. Termasuk orang tua siswa. Ada juga siswa kita yang sakit. Data-data itu kita peroleh dari bidang pendidikan, “ ungkapnya.

Gerakan tersebut katanya, bukan semata-mata karena sebagai ketua tim, semua kepala bidang di Kanwil adalah tim. Data-data dari bidang masing-masing, dan uang diserahkan melalui rekening.

“Kami menyalurkan di gereja, pura, masjid. Uangnya mengalir dari pusat ke rekening masing-masing ahli waris ASN yang meninggal, keluarga siswa dan siswa yang bersangkutan, serta masuk rekening gereja, pura, vihara, dan masjid, “ sebut Kiflin lagi.

Kiflin mengaku uang berbentuk tunai itu tidak ada di tangannya, tetapi semuanya ada di pusat dan disalurkan ke masing-masing penerima sesuai data-data yang diberikan. “ Uang itu langsung ditransfer ke rekening. Tidak ada uangnya sama kita, “ ujarnya.

Mengenai uang bantuan untuk ASN meninggal itu ada dua tahapan. Yang pertama diserahkan langsung oleh pejabat Kemenag pusat (diantaranya Dirjen, red) pada 11 Oktober 2018. Mereka mendata siapa semua yang meninggal, dan langsung diberikan saat itu juga.

“ASN yang meninggal diberi Rp 5 juta. Bila ada juga keluarga yang meninggal maka diberikan kepada keluarga inti yang merupakan ASN Kemenag. Termasuk pak Kabid Bimais pak Haji Moh Ramli, yang meninggal itu ibunya, meninggal adiknya, dan meninggal ponakannya. Tetapi yang diberi hanya satu, sebesar Rp 5 juta, “ jelasnya.

Tim Tanggap Darurat mengharapkan ASN Kemenag yang ada jangan berpikir uang ini diperuntukan kepada semua ASN.

“ Kenapa kami belum terima. Berbeda dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud). Kalau Dikbud ini memang ada bantuan dari Menteri Pendidikan untuk tunjangan bencana kepada guru-guru yang ada di Dikbud. Ada yang dapat Rp 1,5 juta, dan ada yang Rp 2 juta. Ini pegawainya kita resah. Mereka mengira ini sama dengan yang di Dikbud. Mereka dananya diambil dari APBN, tetapi kita hanya dari keikhlasan ASN Kemenag se Indonesia, “urainya, seraya mengatakan bantuan ini bersifat internal sebenarnya.

Sedangkan kedatangan para pejabat di 11 Oktober itu, memang ada yang spontanitas memberikan dananya, tetapi hanya hari itu saja. “ Ada namanya tali asih, semacam rasa empati, karena ASN Kemenag lagi terkena bencana. Spontanitas mereka memberikan, tetapi hanya hari itu saja. Jadi tidak termasuk dana bantuan yang sudah diprogramkan untuk bantuan ASN meninggal, infrastruktur yang rusak, dan sebagainya, “ terang Kiflin.

Spontanitas itu, terbagi untuk ASN Rp 2,5 juta, dan honorer Rp 1,5 juta. ASN Kemenag Sulteng yang hadir saat itu sebanyak 90 orang, tetapi yang bisa dibayar hanya 40 orang. Maka mereka pulang ke Jakarta, dan seminggu kemudian yang tersisa dikirim uangnya.

“Uang yang mereka bawa habis. Mereka juga berhutang, “ sebutnya.
Pada periode kedua uang yang masuk itu sudah termasuk dana untuk bantuan Tsanawiyah, MTs Negeri 3 Petobo dapat Rp 100 juta, MAN 1 dapat Rp 50 juta, MIN Model dapat Rp 50 juta. Dua minggu berikutnya bersama-sama dengan uang kekurangan datang.

“ Diserahkan langsung oleh pak Mohsen selaku Direktur kita, bersama pak Kakanwil. Ini uang tunai dari pusat yang dijanjikan oleh Kepala Biro umum sebagai penanggungjawab Tanggap Darurat pusat, “ ungkapnya.

Menurutnya, bila ada ASN yang masih mempertanyakan soal aliran dana bantuan dari ASN Kemenag se Indonesia, itu hanyalah mis komunikasi saja. “Mungkin dipikir uang bantuan itu ditampung di rekeningnya ketua, “ ujar Kiflin.

Kiflin berharap dengan penjelasannya itu akan memberikan penjelasan kepada para ASN yangs ebagian besar saat bantuan itu diberikan tidak hadir di kantor. “Mudah-mudahan sahabat-sahabat saya, saudara-saudara saya terkait dengan bantuan ini dapat memahami. Sama kita tidak ada uangnya. Kami hanyalah perpanjangan tangan dari pusat. Uang ini diserahkan langsung ke rekening penerima bantuan, “ tandasnya.

Diakui Kiflin saat kejadian gempa dirinya berada di Bengkulu, tetapi tidak terkait dengan bantuan. Bahkan Kiflin dan ASN lainnya sudah berkantor seminggu pasca gempa. Berkantor menggunakan tenda, dan di bawah pohon. Sedangkan soal listing nama-nama dan pihak penerima bantuan, menurut Kiflin tidak bisa disebutkan.
“Apakah semua SK Kakanwil terkait bantuan harus dibeberkan semua yang dapat itu, “ tanyanya.

Sedangkan guru agama atas nama Nawir yang beralamatkan di Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu, dana bantuannya sebesar Rp 5 juta sudah diserahkan, dan telah diterima oleh ahli warisnya. “ Ahli waris pak Nawir sudah terima. Kami punya bukti tanda terimanya ada, yang bagi itu bukan saya tetapi Kabidnya, Kabid pendidikan. Karena pak Nawir itu pengawas, “ kata Kiflin.

Sedangkan ASN yang rumahnya rusak berat, rata dengan tanah diakuinya belum dapat. Sebab ada format yang harus diisi. Format itu termasuk item-itemnya, yaitu mendata rumah ASN yang rusak, apakah rusak berat, rusak sedang, ataukah rusak ringan.
“Memang saya akui itu, belum dapat. Yang membantu itu siapa, Jakarta. Harusnya mereka tanyakan ke Jakarta. Kita masukan data , tapi uangnya sampai hari ini belum ada. Dari mana uang itu, yah dari pusat. Kita semua berharap ini harus dipahami. Kami hanya melanjutkan dari pusat. Kami berharap kita semua bersabar, “ tegasnya.

Saat rapat di Jakarta, Kiflin pun mengungkapkan usulan 1.366 orang ASN Kemenag yang bermukim di Pasigala yang belum dapat sentuhan. Dijawab oleh Karo, bahwa dana spontanitas itu bukan peruntukannya.(mch)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.