PALU – Meski menjadi salah satu cagar budaya di Kota Palu, makam Datokarama yang terletak di Jalan Selar, Kelurahan Lere, Palu Barat, seolah luput dari perhatian pemerintah. Ini terbukti, di mana pihak pengelola makam Datokarama, selama ini hanya menanggung sendiri biaya listrik dan air di makam tersebut.

Penjaga Makam Datokarama, Abdul Aziz Muhammad Badrun (74) yang ditemui mengeluhkan, perhatian dari pemerintah yang sangat minim terkait keberadaan makam Datokarama, yang telah menjadi salah satu situs sejarah di Kota Palu. Seharusnya kata dia, bisa memfasilitasi ketersediaan listrik dan air yang ada di lokasi kawasan Makam Datokarama.
“Perhatian Pemkot Palu saya kira sangat kurang sekali kepada kami, yang sudah menjaga dan memelihara makam Datokarama sejak puluhan tahun lamanya,” ungkapnya, Rabu (15/8).
Kurangnya perhatian itu, sambung dia, itu bisa dilihat dengan tidak menanggung biaya listrik dan air yang ada di Makam Datakorama. “Biaya listrik dan air sejak lama yang tanggung kami sendiri, padahal kami ini kan menjaga kelestarian cagar budaya yang dimiliki oleh Pemkot Palu,” ujarnya.
Kebutuhan akan air dan listrik itu merupakan hal yang paling utama, dalam menjaga dan tetap melestarikan keberadaan makam Datokarama. “Kita butuh penerangan di lokasi makam Datokarama, begitupun dengan air bersih, karena tamu yang datang ke lokasi makam, selain datang untuk menziarahi makam, pasti ada kegiatan berupa butuh dengan adanya air bersih dan penerangan lampu,” ujar bapak yang sudah mengurus Makam Datokarama sejak tahun 1982.
Sementara saat ini, untuk memenuhi berbagai kebutuhan penerangan dan air bersih di lokasi makam Datokarama, semuanya ditanggung dan di usahakan oleh penjaga makam Datokarama sendiri. “Dengan menggunakan uang pribadi saya, setiap bulannya saya keluarkan uang pribadi saya untuk biaya listrik tidak kurang Rp250 ribu per bulan dan untuk biaya air sendiri sekitar Rp 50 ribu per bulan,” tuturnya.
Padahal gaji honor yang diberikan dan di terima dari Pemkot Palu, untuk penjaga dan mengurus segala keperluan yang ada dimakam Datokarama Palu, setiap bulanya hanya diberikan sebesar Rp 500 ribu rupiah. “Saya di gaji Pemkot Palu melalui Dinas Pariwisata Kota hanya Rp 500 ribu per bulan, dari gaji itu saya pakai bayar listrik setiap bulan Rp 250 ribu, dan air Rp50 ribu per bulan, sehingga kebutuhan lain untuk menafkahi kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi akibat dari gaji honor yang kecil dan terpotong untuk biaya tadi,” sebutnya “Saya hanya berharap kiranya pak Wali Kota bisa membantu meringankan beban tadi, agar pelayanan di lokasi makam Datokarama bisa maksimal,” sambung Abdul Azis. (zal)